Monday, November 24, 2014

[Sinopsis] Pinocchio Episode 3~ Part 2



----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Cha Ok mengeluarkan 2 kartu nama restoran, ia meminta In Ha untuk memilih salah satu dari itu. In Ha berjalan kea rah Cha Ok dan mengambil salah satu kartu tersebut. Cha Ok mengatakan kalau ia mendapat kabar kalau kedua restoran itu membiarkan pelanggannya merokok secara illegal, ia berencana membuat berita untuk meng-ekspos mereka. ia akan menunjukannya terlebih dulu pada In Ha. lalu mengeluarkan ponsel dan menelfon restoran yang tak dipilih oleh In Ha, Cha Ok mengatakan pada pemilik restoran kalau ia ingin membuat reservasi makan malam besok jam 7, ia berkata pada pemilik restoran kalau teman-temannya itu perokok, jadi apa tidak masalah? Pemilik restoran tak mempermasalahkan itu. Bahkan sekarang sedang ada yang merokok diruangan tersebut.

In Ha khawatir dengan ini, karena itu artinya ia harus membuat kebohongan yang bahkan tak bisa ia lakukan walaupun sedang ditelfon. Cha Ok menyuruh In Ha untuk melakukan hal yang sama pada restoran yang ia pilih, tanpa cegukan sama sekali. Tentu saja In Ha sangat khawatir, ia tentu tak bisa melakukan hal itu. 

Cha Ok menunggunya dengan meletup-letupkan tombol dipena, seperti nya ini kebiasaan Cha Ok saat sedang dalam situasi seperti ini. In Ha dengan ragu menelfon ke restoran yang ia pilih, kedua teman pewawancara Cha Ok saling berbisik, karena ketidakmampuannya untuk berbohong, ini hal mustahil yang bisa In Ha lakukan, menurut mereka, Cha Ok sedang berusaha untuk membuatnya gagal wawancara. Ia mengatai Cha Ok licik, mungkin saja dia bukan ibu kandungnya. 

Pemilik resto menerima panggilan In Ha, ternyata In Ha malah bertanya apakah ia mengijinkan pelanggan merorok di restorannya? Pemilik resto bertanya, kenapa In Ha menanyakan itu, In Ha menjawabnya dengan takut, “karena… karena kami mendapat kabar tentang itu dan mencoba memverifikasinya!” ia mengatakan hal itu dengan memejamkan matanya, ia tak mampu untuk berbohong. Tentu saja pemilik resto langsung menutup telfon In Ha, ia mengatainya In Ha gila.

Cha Ok meletakkan penanya dan berkata In Ha bahkan tak bisa melakukan wawancara sesederhana itu,

“jadi, apa kau benar-benar berfikir bahwa kau bisa menjadi reporter, Nona Choi In Ha?”

Cha Ok menatap rendah ke In Ha, ia mengatakan bahwa untuk menyusun suatu berita, kadang bergantung pada keadaan, dan seorang reporter harus mampu untuk berbohong dalam wawancara tersebut. Karena mengatakan kebenaran akan membawa kebenaran, seperti minya diatas air. Ini adalah alasan kenapa Pinokio tak bisa menjadi seorang reporter.

In Ha tak bisa berkata-kata dan hanya terdiam mendengar perkataan ibunya itu.

In Ha berjalan dengan lemas dengan tatapan kosong, ia hanya terduduk memikirkan itu, tanpa ia sadari waktu berjalan dan orang-orang berlalu lalang. Semua wawancara sudah berakhir. Cha Ok dan para pewawancara lainnya keluar, ia melihat In Ha yang duduk melamun dan menghampirinya, Ia bertanya pada In Ha kenapa ia masih disini, In Ha ingin memastikan suatu hal, ia minta untuk melihat ponsel Cha Ok, In Ha membuat panggilan pada nomor yang ia kira nomor ibunya, tapi ternyata tak masuk ke ponsel Cha Ok, itu artinya, nomor itu bukan ibunya, In Ha sudah keliru.

Cha Ok dipanggil oleh teman-temannya, apakah mereka harus duluan? Cha Ok mengatakan kalau ia akan segera kesana, ia akan mengakhiri percakapan dengan In Ha, tapi In Ha mencegahnya, ia memanggil Cha Ok “Ibu”


Cha Ok terkejut dan menatapnya, In Ha menahan air matanya dan berkata kalau ia sangat merindukannya. Cha Ok mendekat dan memeluk In Ha, temannya yang melihat itu berkata, “pada akhirnya dia tetaplah seorang ‘ibu’”

In Ha terharu sekaligus senang karena dipeluk ibunya, ia hendak mengangkat tangannya untuk membalas pelukan ibunya, tapi kemudian Cha Ok berkata dengan tajam, 

“Maaf. Aku tidak punya waktu untuk merindukanmu.” 

Kemudian melepaskan pelukannya, mendengar hal itu, In Ha merasa sangat sakit, seperti ia habis di lambungkan tapi kemudian dijatuhkan begitu saja. Tapi Cha Ok masih tersenyum seolah tak ada apa-apa dan berkata, “semoga harimu menyenangkan!” kemudian pergi meninggalkannya. In Ha berusaha keras untuk menahan air matanya yang akan mengalir. Hikss. Cha Ok benar-benar kejam bagiku, tak ada seorang ibu yang seperti itu kan T_T 

In Ha mengirim pesan ke nomor yang ia kira ibunya,

“Kau jauh lebih buruk daripada pencuri.”

Ternyata nomor itu adalah Seo Bum Jo, selama ini ia berlaku seolah itu nomor ibu In Ha tanpa memberi tahu In Ha, wajar saja kalau In Ha marah karena itu.

Bum Jo menelfon balik In Ha, In Ha yang sedang berada digedung MSC menjawab panggilan Bum Jo itu, ia bertanya dengan tajam,

“kenapa kau melakukannya?!” “Apakah sulit bagimu untuk memberitahuku bahwa kau bukan ibuku?!” “Aku membuat diriku terlihat bodoh karenamu!!!” In Ha berteriak sangat marah karena hal ini, ia bahkan tak mampu berdiri sampai ia terduduk, In Ha telah menunggu, dan menunggu lagi sudah selama 10 tahun,

“Kenapa kau melakukannya dan membuatku terlihat seperti orang bodoh menyedihkan!!!!!”

In Ha tak mampu lagi menahan amarah dan air matanya, ia tak peduli lagi sedang berada diamana, ia tetap menangis dan berteriak dengan keras. In Ha terisak-isak menangis dan menutup panggilan itu. Bum Jo yang mendengar perkataan dan tangisan In Ha, mengatakan “Maaf” dengan lirih saat teleponnya sudah mati.

“Aku sangat menyesal..benar-benar menyesal..” poor Bum Jo :(

Dal Po tengah menunggu In Ha didepan gedung MSC, ia melihat In Ha berjalan keluar sambil menangis, Ia segera turun dari taksi dan akan menyusulnya, tapi ia tak bisa meyebrang karena mobil yang lalu lalang sangat ramai. Kemudian ia menelfon In Ha, In Ha berhenti sejenak dan melihat panggilan dari Paman Dal Po, tapi kemudian ia menolak panggilan tersebut dan cegukan, ia tambah menangis karena itu. 

Dal Po melihat In Ha yang menolak panggilannya dan memilih menangis sendiri. In Ha takut untuk menjawab panggilan Dal Po saat ia mengatakan tak apa-apa pasti ia akan cegukan, jadi ia memilih untuk menolak panggilan tersebut.

Dal Po hendak berlari memutar untuk menyusul In Ha, tapi kemudian ia mendapat pesan dari In Ha,

[“Aku bersama ibuku sekarang, jadi aku tak bisa menjawab telepon”]

Kenyataannya In Ha sedang duduk sambil menangis dan cegukan, dan Dal Po tahu itu karena ia bisa melihat In Ha, “bodoh” omelnya.

Dal Po membalas pesan In Ha, ia bertanya “Ibumu sedang apa?” In Ha membalasnya dengan menangis.

[“Dia bilang dia tidak percaya bahwa aku menjadi sangat cantik.. dia memelukku dan mengatakan bahwa dia sangat menyesal tidak bisa menelponku..”] dengan stiker tersenyum ia berikan.

Karena In Ha berbohong, cegukannya semakin menjadi-jadi.

Dal Po membalasnya, “Kau tidak bohong, kan?” ia mendapat balasan dari In Ha

[“Aku mengatakan yang sebenarnya, jimatmu berhasil! Aku yakin kau akan segera bertemu dengan orang-orang yang kau cari seperti aku bertemu ibuku”]

Kemudian Dal Po menawarkan untuk menjemput In Ha, tapi In Ha menolaknya, ia bisa pulang sendiri. Dal Po melihat rambu untuk penyebrang sudah menyala, ia menatap In Ha dan mengurungkan niatnya untuk menemuinya, kemudian ia masuk kedalam taksi.

Tangis dan cegukan In Ha tak kunjung berhenti, seorang Ahjumma bertanya pada In Ha kenapa ia menangis, In Ha berbohong lagi kalau ia menangis karena cegukannya tak mau berhenti, tapi cegukannya bertambah keras dan ia pun tambah menangis dengan histeris. 

Dal Po tampak khawatir saat mengendarai taksinya, ia meyakinkan dirinya pasti In Ha baik-baik saja, karena ia bisa jaga diri. Ia mengingat perkataan Dal Pyung yang akan menyimpan foto In Ha, karena jika pacarnya tahu akan salah paham. Dal Po membenarkan itu, tapi ternyata ia tak tahan lag, ia kesal dan tak yakin dengan perasaannya. Ia membelokka taksinya dan menuju ke tempat In Ha tadi menangis, tapi In Ha sudah pergi.

Ketika itu juga, Cha Ok yang sedang mencari taksi melambaikan tangannya ke taksi Dal Po, ia sangat terkejut melihat siapa yang melambaikan tangan itu. Ia kembali terngiang-ngiang dengan masa lalu, yaitu laporan Cha Ok yang salah tentang ayahnya. Dal Po terdiam sejenak memikirkan hal itu, kemudian ia mendekat ke Cha Ok. 

Cha Ok masuk ke taksi Dal Po, ia meminta untuk dibawa ke persimpangan Doyangdong. Dal Po menatapnya dari kaca spion dan melihat Cha Ok sedang membaca, ia mulai melemparkan pertanyaan, “Anda ada di berita MSC, kan? Sepertinya aku melihat anda ada di berita Washington” 

Cha Ok membenarkan itu, Dal Po berusaha memujinya, ia ingin meminta tanda tangan Cha Ok, tapi Cha Ok menolaknya. Kemudian Dal Po berkata, bahwa tadi temannya juga melakukan wawancara di MSC, Ia bertanya apakah Cha Ok bisa memberi tahu hasilnya? Cha Ok menanyakan siapa namanya, 

Dal Po berkata “namanya Choi In Ha” apakah ia mengingatnya? Dal Po menatapnya dari spion, ta sengaja juga Cha Ok sedang menatapnya ke spion, jadi pandangan mereka bertemu. Dengan dingin Cha Ok mengatakan kalau sepertinya temanmu gagal. Dal Po bertanya apakah ia boleh tau kenapa temannya bisa gagal? Cha Ok menjawab karena temannya punya sindrom Pinokio.

Dal Po mengerti, ah, jadi itu sebabnya dia gagal? Karena dia tak bisa berbohong? Cha Ok terlihat terganggu dan menyuruhnya bertanya sendiri pada temannya. Karena ia tak bisa memberi tahu itu.

Dal Po membalas dengan berkata, “Apa bukan karena dia putrimu?”

Cha Ok terkejut dengan perkataannya, bagaimana mungkin ia tahu. Cha Ok bertanya siapa sebenarnya kau? Dal Po dengan tersenyum menjawab, bahwa Ia paman In Ha. Cha Ok sangat kesal dan menutup bacaanya, ia meminta untuk menghentikan taksinya.

In Ha sampai dirumah, cegukannya masih belum berhenti. Ia masuk kekamarnya dan mengambil koper diatas lemari dan memasukkan semua buku-bukunya kedalam koper. Buku-buku tentang reporter. Ia memandang salah satu bukunya yang disetiap halaman ia gambar dan jika dibuka satu persatu dengan cepat, makan akan terlihat seperti gambar berjalan, gambar itu tentang anak perempuan yang memegang balon dan melambung tinggi. Itu seperti harapan In Ha yang hampir ia gapai, tapi kemudian ia terjatuh ketika akan sampai puncak. Ia menutup itu dan memasukkan ke dalam koper. Ia membawa koper itu keluar dan mengambil korek di atas buffet.

Dal Po menurunkan Cha Ok dijembatan, Cha Ok berkata bahwa ia tak ingat In Ha punya paman, jadi siapa kau sebenarnya?! Dal Po mengenalkan dirinya, aku diangkat menjadi anak oleh ayah mertuamu, ia tersenyum pada Cha Ok.

Cha Ok tak membalas senyuman Dal Po, dan berkata dengan dingin

“Kau mendatangiku, hanya karena hubungan itu?” baginya, Dal po tampak seperti berpura-pura menjadi pamannya, jika ia ingin melakukannya, maka harusnya melakukannya dengan benar.

Cha Ok menasehati Dal Po, jika memang ia pamannya, seharusnya ia menghentikan In Ha mengejar mimpi yang sia-sia.

Dal Po kesal bertanya, “Apakah mimpi menjadi seorang reporter itu sia-sia bagi seseorang yang tak bisa berbohong?”

Cha Ok berkata, kalau taka da satupun reporter dengan sindrom Pinokio di Negara ini, Dal Po sangat kesal dan mendekati berjalan mendekati Cha Ok, ia menanyakan alasannya, bukanlah statistic. Tapi bagi Cha Ok, statistic itulah alasannya. Ia membalikkan pertanyaan pada Dal Po, “Menurutmu, apa alasan sebenarnya tidak ada reporter dengan sindrom itu?” Dal Po terdiam dengan pertanyaan itu. Cha Ok sangat mahir jika diajak untuk berdebat. Ia tak akan bisa kalah >.<

Jae Myung dan Ahjussi temannya sedang berada dikedai, ia hendak mengirim pesan ke orang yang menabrak truk nya agar tak usah mengganti rugi, Ahjussi itu menyuruhnya utnuk mengambil uang ganti rugi tersebut, itu bisa untuk memperbaiki truknya. Ahjussi itu merebut ponsel Jae Myung agar ia saja yang mengirim pesan ganti rugi, tapi Jae Myung menolaknya dan mengatakan hal itu taka pa-apa. Karena hanya goresan kecil di bumper.

Dal Po sampai di apartemen dan hendak naik lift, ia mendapat pesan dari Jae Myung, agar ia tak usah khawatir tentang bumper yang lecet. Dal Po tersneyum membaca itu.

Ahjussi menuangkan minuman ke Jae Myung, ia berkata bahwa baru-baru ini ia melihat foto keluarganya di truk. Ia melihat Jae Myung punya orang tua dan adik, tapi kenapa ia tak pernah menyinggung tentang keluarganya? Jae Myung terlihat sedih dan mengatakan bahwa mereka semua sudah meninggal. Ahjussi bertanya, apa masih taka da kabar tentang ayahmu? Jae Myung mengiyakan, ia juga belum yakin tentang kematian ayahnya, tapi ia sudah seperti mengelilingi Negara ini tapi tetap tak menemukannya, bahkan jika ia disuruh untuk menggambar peta tiap sudut wilayah ia akan bisa, hehe. kemudian ia tersenyum. 

Ahjussi berusaha untuk menghibur Jae Myung, bahwa tak ada kabar berarti adalah hal yang baik. Ia meyakinkan Jae Myung bahwa ayahnya pasti aman dan sehat disuatu tempat. Jae Myung menunduk sejenak, kemudian ia menyinggung tentang proyek pembongkaran pabrik, Ahjussi itu adalah salah satu pekerjanya, bangungan tersebut akan diledakkan karena cukup besar, Jae Myung tertarik untuk ikut bekerja jika masih ada yang diperlukan. Ahjussi itu tersenyum dan akan membantu Jae Myung. 

Disebelah Jae Myung terdapat 3 orang Ahjussi yang mabuk dan sedang adu mulut, ternyata ke-3 ahjussi itu adalah orang yang dulu pekerja pabrik yang terbakar, salah satunya yang berbohong tentang ayah Jae Myung. 

Mereka sedang berebut tentang uang pinjaman, salah satu Ahjussi membuang kertas kebawah kaki Jae Myung sehingga menarik perhatiannya, Jae Myung memungut kertas itu, Ahjussi itu menyinggung tentang bagaimana ia tetap menjaga kebenaran kalau kedua temannya itulah penyulut api penyebab kebakaran, Jae Myung terkejut mendengar itu. Teman ahjussi itu menutup mulutnya, dan memintanya untuk tak menyinggung masalah itu lagi, karena sudah lebih dari 10 tahun. Ahjussi lainnya bertanya kenapa tak boleh? Silakan kita bahas lagi masalah ini. ia ingin meluruskannya, memang benar ia dan temannya yang menyulut api, tapi Ahjussi itulah (manajernya dulu), yang menyebabkan meninggalnya semua pemadam kebakaran. Ialah yang mengatakan pada pemadam kalau mereka berdua sedang ada di ruang boiler, padahal mereka sudah keluar. Dan menyebabkan ketua masuk ke dalam gedung yang terbakar. Jae Myung sangat terkejut dan menatap kebencian pada mereka. 

Ketiga ahjussi itu mulai berkelahi dan menyebabkan keributan. Jae Myung tak menyangka sama sekali ternyata itulah yang sebenarnya terjadi, Ia terdiam memikirkan itu semua. Salah satu ahjussi tangannya terbakar karena di hempaskan oleh temannya ke atas panggangan, ia segera membawa temannya ke rumah sakit, Jae Myung berdiri dan hendak mengejar mereka, temannya mengehentikannya, Jae Myung meminta sebentar saja, ia ingin memeriksa sesuatu dan pergi mengejar 3 ahjussi itu. Tapi ia sudah tertinggal karena mereka sudah pergi. Ternyata salah satu Ahjussi itu (ahjussi yang mengatakan kebohongan) adalah seorang sopir taksi. Jae Myung menatap ke taksi yang sudah pergi tersebut, ia sangat shock mengetahui kebenaran ini. ia terlihat sangat marah.

“Jadi semua ini kebohongan.. bohong..” dan meremas kertas dengan tangannya sangat kuat.

Di dalam kedai, ponsel Jae Myung berbunyi, ia mendapat pesan dari Dal Po, ahjussi temannya yang membuka pesan itu, Dal Po berterima kasih dan mengatakan untuk tak ragu-ragu, jika ada masalah Jae Myung bisa menghubunginya. “Namaku Choi Dal Po.”

Dal Po sampai dirumah, baru sampai kakek langsung menghampirinya dan bertanya, kapan terakhir kalia ia menghubungi In Ha hari ini? Dal Po berkata, jam 5 sore. Kenapa?

Kakek sangat panik, menurutnya In Ha kabur dari rumah, karena semua buku-bukunya hilang dari kamar. Dan ia juga tak menjawab teleponnya. Dal Po terkejut dan mengecek kamar In Ha, dan ternyata benar, buku-bukunya sudah taka da, kakek memberitahu Dal Po kalau Dal Pyung sudah mencarinya sejak 1 jam yang lalu, tapi sepertinya belum berhasil menemukannya. Dal Po segera berlari keluar untuk mencari In Ha. Dal Pyung pun sedang mencari-carinya, ia kesal sekaligus tak percaya In Ha kabur di usia seperti ini. 

Dal Po berlari mencari In Ha melewati jembatan, ketika dijembatan, ia mendengar dan melihat kembang api, ia teringat traumanya dulu ketika ibunya mengajaknya melihat kembang api yang seharusnya malam yang menyenangkan berubah menjadi malam yang tragis. Dal Po berusaha menenangkan dirinya dan melawan trauma tersebut. Ia takut In Ha melakukan hal yang sama seperti ibunya dulu, ia berlari dan berteriak mencari In Ha.

Ketika ditengah jalan, ia melihat sobekan-sobekan kertas berjatuhan dari atap apartemen, ia memungut salah satunya dan terdapat foto In Ha. ia menatap kea tap dan berfikiran yang tidak-tidak. Ia berlari kea tap apartemen tersebut.

Dal Po hendak naik lift tapi ada nenek-nenek yang sedang menunggu lift yang sedang berjalan ke lantai atas, ia sudah tak sabar dan memilih untuk menaiki tangga satu per satu. Puluhan tangga ia naiki, ia merasa kelelahan tapi tetap tak menyerah. Demi In Ha.

Ternyata di atap apartemen, In Ha sedang mengumpulkan buku-bukunya di satu drum, ia berniat untuk membakar semua itu. In Ha menyalakan korek dan mengucapkan selamat tinggal pada mimpinya dan semuanya, cegukannya masih belum berhenti, lalu ia memasukkan korek tersebut ke dalam drum.

Dal Po masih menaiki tangga, In Ha menunggu bukunya untuk terbakar, tapi ia heran kenapa belum ada asap sama sekali, ia melihat ke drum dan ternyata koreknya mati. Korek saja tak mengijinkannya menyerah pada mimpinya begitu saja ^^

In Ha mencoba mengambil koreknya yang ada didalam drum, tapi tangannya tak sampai dan tak bisa menjaga keseimbangannya dan membuatnya masuk kedalam drum, In Ha sangat kesal, ini benar-benar keterlaluan, bagaimana semuanya bisa gagal?! Ia mengomel sambil cegukannya yang tak berhenti juga.

Kemudian ia mendengar seseorang menggedor pintu atap, dia adalah Dal Po yang berteriak meminta In Ha untuk membuka pintunya, Dal Po berteriak dan mencoba mendobrak pintu. In Ha berusaha keluar dari drum dan akhirnya berhasil, Dal Po sangat panik dan meminta In Ha untuk tidak melakukan hal itu, “Buka pintunya In Ha!!!!!” HAHAHAHA

In Ha bingung apa yang harus ia lakukan “Bagaima-*huk*-na ini??!!” LOL, ia berusaha menjatuhkan drum berisi buku-bukanya, tapi ia tak cukup kuat. Akhirnya ia mencari tempat untuk sembunyi. Dal Po masih berusaha mendobrak pintu, dan tiba-tiba saja pintunya terbuka.

Dal Po melihat atap yang kosong, ia berteriak menganggil In Ha,

“In Ha-ya! Choi In Ha!!!!”

Ia melihat-lihat kebawah, takut In Ha kehilangan akal dan terjun kebawah, LOL. In Ha ternyata bersembunyi dibalik banner, ia duduk dengan menutupi dirinya dengan banner, ia bertanya-tanay kenapa Dal Po sangat panik, HAHAHHA, lalu Dal Po mendengar suara cegukan, ia mencari sumber suara tersebut. In Ha menutupi dirinya, ia takut apa Dal Po melihatnya? Dan benar saja, Dal Po melihat kaki In Ha yang tak tertutupi banner, wkwkkwk, tapi kemudian In Ha memasukkan kakinya, lol. Dal Po yang melihat itu terduduk lemas, lol. Syukurlah… HAHAHA XD

In Ha panik didalam banner, “Jangan datang! Jangan datang!” wkwkwk, tapi ia terus-terus cegukan, HAHAHA, Dal Po berkata bahwa ia bisa melihat In Ha disitu, In Ha kesal karena ternyata Dal Po melihatnya, Dal Po berjalan mendekati In Ha, ia berkata bahwa ia tahu semuanya, tentang ia gagal wawancara, dan mengetahui bahwa nomor yang ia kira ibunya bukan nomor ibunya. In Ha terdiam didalam banner, lalu ia berkata jika memang Dal Po tahu tak bisakah ia mengabaikan saja? Ia berkata sambil cegukan. Karena ada juga saat nya dia ingin berbohong dan berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja seperti orang lain. Tapi karena ia tak bisa, makanya ia terduduk disini. 

Dal Po mengatakan bahwa In Ha tak perlu melakukan hal itu, karena ia tahu betapa sakitnya itu. Dal Po membuka banner penutup In Ha, “Tidak apa-apa jika menangis di depa-..” Dal Po terdiam dan menatapnya ketika mendapati In Ha sedang menunduk menangis.

In Ha berkata sambil menangis, kenapa ia begitu bodoh dan tak dewasa? Bisakah ia meninggalkannya sendiri disaat seperti ini? cegukannya masih terus tak berhenti. Karena ia terus menambah kebohongannya. 

Dal Po berlutut dan menatap In Ha, lalu ia melihat In Ha masih memakai kalung kancing yang ia berikan. Ia meminta maaf pada In Ha, karena menurutnya mimpinya bukanlah mimpi yang baik.


Bum Jo sedang merenung dan membaca pesan-pesan yang dikirimkan In Ha padanya, ia melihat pesan-pesan In Ha bagaimana ia selalu gagal dalam wawancara dan sangat ingin bertemu dengan ibunya. Bum Jo keluar dari mobil dan menemui ibunya, ia mengatakan bahwa ia ingin bertemu dengannya. Siapa? Apa kau bicara tentang gadis Pinokio?

Dal Po mengambil buku-buku In Ha dari dalam drum dan menaruhnya di koper lagi, In Ha menyuruhnya berhenti karena ia akan membakar semuanya. Dal Po bertanya pakah ia kaan menyerah tentang ibunya dan juga reporter? In Ha mengiyakannya dan cegukan. 

Dal Po berkata kenapa ia terus bohong padahal tak bisa? In Ha kesal lalu apa yang bisa ia lakukan? Ia sudah berjanji pada ayahnya. Ia tak bisa menghabiska sisa hidupnya menjadi gelandangan pengangguran. Dan ia bahkan tak bisa.. bahkan terlalu malu untuk bertemu dengan Dal Po. Dal Po menatapnya, dan bertanya, memangnya kenapa denganku? In Ha berkata apa Dal Po sebodoh itu? Ia tahu betul kalau Dal Po menyerah ke perguruan tinggi karenanya, karena itu, apa ia pikir In Ha bisa hidup nyaman dengan uang yang Dal Po hasilkan? Ia juga punya hati nurani. Jadi buang saja buku-buku ini, ia akan merasa jauh lebih baik mengetahui ini semua sudah berakhir. In Ha ceguka. Dal Po mengatainya bohong lagi. 

“Benar.. itu bohong. Tapi apa yang bisa kulakukan?! Tidak ada gunanya!!!” In Ha dnegan kesal melempar buku-buku yang sudah dikumpulkan Dal Po ke koper ke dalam drum lagi.

Dal Po teringat perkataan Cha Ok, yang mengatakan bahwa di statistic, karena tak mampu berbohong, makanya tak ada reporter dengan sindrom Pinokio, 


“jadi bukankah itu alasannya?”

Dal po berkata bahwa itu hanya dugaan, Cha Ok mengelaknya, itu bukanlah dugaan tapi fakta. Dal Po membalas perkataan Cha Ok,

“apakah menurutnya seseorang yang tak bisa berbohong tak bisa jadi reporter?”

Dal Po meraih tangan In Ha yang sedang memasukkan buku-buku ke dalam drum, In Ha menyuruhnya melepaskan. Ia hendak melakukan itu lagi, tapi Dal Po meraih kedua tangannya sekarang sehingga In Ha tak bisa bergerak, Dal Po mengatakan bahwa ia memerlukan buku-buku ini. 


Cha Ok : “ya, itu tak akan pernah terjadi.”

Dal Po marah dan bertanya, bagaimana mungkin ia bisa mengatakannya dengan mudah? Bagaimana bisa kau begitu mudah menghakimi orang lain?!

“berapa banyak hidup yang telah kau hancurkan karena dugaanmu itu?!! Terutama sebagai reporter!!” Dal Po berteriak pada Cha Ok, Cha Ok berkata sepertinya Dal Po ingin mengkritiknya, Ia tertawa sinis, “heh, lucu sekali.”

“serigala tidak menggonggong pada harimau. Hanya orang bodoh yang akan melakukannya.”

Baginya, tak ada yang lebih menyedihkan dibandingkan orang bodoh yang menggonggong pada orang yang salah. Apakah kau tahu apa yang reporter lakukan?

“Seperti dirimu yang sedang berdiri disini dan menggonggong padaku.”


Dal Po mengatakan In Ha tak perlu membuang buku-buku ini, karena Dal Po memerlukannya.
In Ha tak mengerti maksud Dal Po, ia terlihat bingung. "Apa?"


Dal Po “Kau benar, aku tidak tahu apapun..”

Dal Po meminta maaf pada Cha Ok, karena mengajaknya berdebat. Ia sudah hilang kendali,


Cha Ok “bagus jika kau sadar.”

In Ha bertanya kenapa ia membutuhkan buku-buku ini?

“Apa kau mau menjualnya?” tanyanya heran.

lalu In Ha melihat ke arah kembang api yang berdentuman,

“Tidak..” Dal Po berkata bahwa ia tiba-tiba ingin jadi reporter, seperti In Ha. In Ha terkejut, 

“Apa.?”



Dal Po “maka dari itu.. aku akan cari tahu” ia tersenyum pada Cha Ok yang hendak pergi meninggalkannya.

Dal Po berkata bahwa ia akan mengunjungi Cha Ok setelah ia tahu seperti apa reporter itu. 


“Setelah aku menjadi serigala, bukannya orang bodoh..” seketika ia mengubah ekspresinya menjadi marah.

“Aku akan datang dan benar-benar menggonggong didepanmu.”



Dal Po, “Ayo kita menjadi reporter bersama, In Ha-ya..”

In Ha terkejut.

dilain tempat, Ibu Bum Jo bertanya pada Bum Jo, jadi akhirnya ia ingin bertemu Pinokio setelah 13 tahun? Bum Jo mengiyakannya.. ibunya mengatakan, apa ia perlu membantunya mencarinya? Bum Jo menolaknya, ia akan mencarinya sendiri..

Dal Po memandang In Ha yang sudah berhenti cegukan, ia tersenyum dan mengatakan, cegukanmu berhenti. ^^

Mereka saling tersenyum dengan iringan kembang api yang meriah.. :)

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Komentar :

Kyaaaaaahhh!!!! ratu es Cha Ok!!! >.< benci-benci!!!
dia adalah karakter yang paling ku benci!!
sekarang aku sadar kenapa judul episode ini "Mata Seorang Ratu" . dan ternyata ratu itu adalah Cha Ok. cara dia menatap, itu benar-benar tajam. 

gimana coba dia bisa bilang "Aku tidak ada waktu untuk merindukanmu" pada anak kandungnya sendiri setelah 13 tahun tak bertemu? O M G!! Aku gak bisa bayangin, ada seorang ibu yang kayak gitu :(

apa ia gak tau betapa sakitnya In Ha dikatai seperti itu? AAAHHH!!!! >.<

harapan In Ha yang terakhir berjanji pada ayahnya untuk diterima sebagai reporter sirna sudah, karena sudah pasti ia ditolak di MSC. T.T
tapi Dal Po berusaha membangkitkan harapan In Ha lagi, dengan mengatakan ingin menjadi reporter, tapi selain itu, ia juga ingin membalas perkataan Cha Ok yang mengatainya anjing yang menggonggong pada serigala. 

Bum Jo, sang secret admirer In Ha akhirnya tertarik menjadi reporter berkat In Ha, ia sangat misterius, seperti orang yang baik tapi seperti orang jahat juga >.<

by Aprilia Rika - SnailFlowers

No comments:

Post a Comment